Syech Ihsan al-Jampasi

Syech Ihsan al-Jampasi

Al-'Aalim Al-'Allaamah Ash-Shuufi Asy-Syaikh Muhammad Ihsan bin Muhammad Dahlan al-Jampasi al-Kadiri al-Jawi asy-Syafi'i (bahasa Arab: العالم العلامة الصوفي الشيخ محمد إحسان بن محمد دحلان الجمفسي الكديري الجاوي الشافعي) atau terkenal dengan sebutan Syeikh Ihsan Jampes (lahir di Kampung Jampes, Desa Putih, Kecamatan Gampengrejo, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, pada tahun 1901 Masehi - wafat 16 September 1952 Masehi pada umur 51 tahun) adalah ulama besar asal Kediri yang berpengaruh dalam penyebaran ajaran Islam di wilayah nusantara pada abad ke-20. Ia adalah pendiri Pondok Pesantren Jampes di Dusun Jampes, Desa Putih, Kecamatan Gampengrejo, Kabupaten Kediri. Di samping itu, ia juga terkenal melalui karyanya Siraj ath-Thalibin, yang merupakan penjelasan (syarah) dari kitab Minhaj al-Abidin karya Imam al-Ghazali. Selain dikenal sebagai ulama sufi, ia juga dikenal ulama ahli dalam bidang ilmu-ilmu seperti falak (astronomi), fikih, hadits, dan beberapa bidang ilmu agama lainnya.

Kehidupan Awal dan Pendidikan

Syeikh Ihsan memiliki nama kecil Bakri. Ayahnya, Kiai Muhammad Dahlan, merupakan pendiri Pondok Pesantren Jampes yang kini berganti nama menjadi Pondok Pesantren Al-Ihsan. Ibunya bernama Nyai Artimah, putri Kiai Ahmad Shaleh, Banjar Melati, Kediri, yang juga mertua dari Kiai Ma'ruf pendiri Pondok Pesantren Kedunglo dan K.H. Abdul Karim (Kiai Manaf) adalah pendiri Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri.

Ketika kecil, Syeikh Ihsan terkenal anak yang nakal, namun memiliki kecerdasan yang lebih dibanding teman-teman sebayanya. Ia sering bolos mengaji demi menonton pertunjukan wayang dan bela diri pencak silat. Namun, kenakalan tersebut berhenti ketika Syeikh Ihsan bermimpi bertemu dengan kakeknya dan ia disuruh berhenti melakukan hal-hal buruk oleh kakeknya di dalam mimpi tersebut.

Sejak kecil, Syeikh Ihsan mendapat pendidikan pendidikan agama dari ayahnya sendiri (Kiai Dahlan) dan Neneknya (Nyai Istianah) yang mengasuhnya sejak usia enam tahun setelah kedua orangtuanya bercerai. Selanjutnya ia meneruskan pendidikannya ke berbagai Pondok Pesantren di Jawa yang rata-rata ia tempuh dengan waktu singkat.

Guru-gurunya

Di antara beberapa Pesantren yang pernah Syeikh Ihsan singgahi untuk belajar yakni:

  • Pondok Pesantren Bendo, Pare, Kediri asuhan K.H. Khozin (Paman Syeikh Ihsan)
  • Pondok Pesantren Jamseran, Solo
  • Pondok Pesantren asuhan K.H. Dahlan, Semarang
  • Pondok Pesantren Mangkang, Semarang
  • Pondok Pesantren Punduh, Magelang asuhan K.H. Ma'shum
  • Pondok Pesantren Gondang Legi, Nganjuk
  • Pondok Pesantren Bangkalan, Madura, di bawah bimbingan K.H. Kholil al-Bangkalani

Pada tahun 1926, Syeikh Ihsan pergi ke Mekah untuk menunaikan ibadah haji, dan semenjak itu nama kecilnya, Bakri diubah menjadi Haji Ihsan

Mengasuh Pesantren

Setelah K.H. Muhammad Dahlan meninggal pada tahun 1928, Syeikh Ihsan yang saat itu belum menikah belum bersedia untuk menggantikan ayahnya untuk mengasuh Pondok Pesantren Jampes. Kemudian untuk sementara pesantren tersebut diasuh oleh pamannya, K.H. Khalil hingga tahun 1932. Mulai tahun 1932 inilah Syeikh Ihsan bersedia untuk mengasuh secara langsung pesantren peninggalan ayahnya.

Atas kerja keras Syeikh Ihsan, pesantren tersebut menunjukkan perkembangan yang pesat. Jumlah santrinya semakin lama semakin bertambah banyak, yang semula hanya 150 orang menjadi mencapai 1000 orang lebih. Perkembangan ini diikuti pula diperluasnya tanah hingga mencapai 150 hektare. Di samping itu, Syeikh Ihsan juga mulai mendirikan lembaga-lembaga pendidikan seperti Madrasah Diniyah Mafatihul Huda pada tahun 1942. Syeikh Ihsan mengasuh Pondok Pesantren Jampes selama 20 tahun.

Mengarang kitab 
Syeikh Ihsan adalah ulama yang terkenal suka membaca dan menulis (mengarang). Ia selalu mengisi waktu senggangnya dengan membaca dan menulis. Naskah yang ia tulis adalah naskah-naskah yang berisi ilmu-ilmu agama atau yang bersangkutan dengan kedudukannya sebagai pengasuh pondok pesantren. Di antara kitab-kitab yang telah ia tulis ialah:

  1. Tashrih al-Ibarat. Kitab ini ditulis pada tahun 1930, yang merupakan penjelasan (syarah) dari kitab Natijat al-Miqat karangan K.H. Ahmad Dahlan, Semarang. Kitab ini mengulas tentang ilmu falak (astronomi).
  2. Siraj al-Thalibin. Kitab ini ditulis pada tahun 1932, yang merupakan penjelasan (syarah) dari kitab Minhaj al-Abdidin karangan Imam al-Ghazali. Kitab ini mengulas tentang ilmu tasawuf.
  3. Manahij al-Amdad. Kitab ini ditulis pada tahun 1944, yang merupakan penjelasan (syarah) dari kitab Irsyad al-Ibad Ilaa Sabili al-Rasyad karangan Syekh Zainuddin Al-Malibari. Kitab ini mengulas tentang ilmu tasawuf.
  4. Irsyad al-Ikhwan Fi Syurbati Al-Qahwati wa al-Dukhan, merupakan kitab yang khusus membicarakan minum kopi dan merokok dari segi hukum

Catatan Kecil dari Syech Muhammad Muhajirin Amsar Ad-Daary Tentang Syech Ihsan Al-Jampasi 
Oleh al-Walid Syechuna Muhammad Muhajirin biasa beliau menyebutnya Kyai Ihsan Jampes. terkesan oleh admin saat beliau menyebut nama Syech Ihsan begitu lembut akrab dan terkesan nama itu begitu wibawa dimata beliau. 

Suatu hari usai  taklim (pengajian) rutin di pesantren Annida Al-Islamy beliau -syechuna- bercerita tentang Syech Ihsan al-Jampasi. adalah -syech Ihsan al-jampasi- ini merupakan bagian dari alasan mengapa beliau memberikan nama putra keduanya dengan Muhammad Ihsan Muhajirin. demikian oleh karena kekaguman dan ta'zhimnya kepada ulama yg satu ini asal Kediri Jawa Timur. bahkan hingga guru kami itu Ust. Muhammad Ihsan Muhajirin beranjak remaja dikirimlah beliau oleh abinya (Syech Muhajirin) ke pondok pesantren Jampes untuk mengikuti berbagai program yang dicanangkan disana. dan saat itu adalah bulan Romadhon. layaknya pesantren di hampir seluruh daerah di pulau jawa pesantren ini pun menggelar pengajian pasaran. Pengajian pasaran adalah sebutan dimana pesantren yang bersangkutan menggelar kaji kitab khusus bagi masyarkat umum yakni partisipan pengajian bukan hanya dari kalangan santri tersebut, kitab khusu yang dibaca saat Romadhon di sana ditargetkan hingga khatam misalnya; Kitab Hadits Shohih Bukhari atau Shohih Musli dan sebagainya.

Syechuna saat itu bercerita begitu gembiranya karena putranya yang dikirim -Yakni Ust. M.Ihsan Muhajirin- menunjukkan perkembangan yang signifikan dalam hal spiritual. seraya berucap: "Sampai-sampai Ihsan Khatam al-Quran berkali-kali di sana". hal ini menurut beliau sebuah kebiasaan yang tidak terlihat di luar bulan Romadhon saat putranya itu berada di lingkungan rumah.

Kecintaan Syechuna terhadap Kyai Ihsan Jampes ini hingga beliau menamakan putranya dengan nama yang sama berharap kronologi penamaan ini merupakan doa baik/tafa'ul bagi keberhasilan Ust H. Muhammad Ihsan Muhajirin kelak di masa dewasanya. hal ini juga merupakan pelajaran bagi kita untuk tidak sungkan dan ragu memberikan nama anak berasal dari nama-nama ulama yang sholih yang mengamalkan ilmunya dari nama-nama para nabi dan rosul begitu juga nama para malaikat atau pun nama-nama Allah yang baik -alasmaul husna- dengan catatan sudah barang tentu menyertakan kata 'abdun (hamba) misal; Abdur Rohim dan sebagainya

Sumber :
Wikipedia bahasa Indonesia dan pengalaman admin selama berkhidmat di Pesantren Annida Al-Islamy Kota Bekasi